Semua Murni Kerja Sama Business to Business

Penulis: E-5 Pada: Minggu, 08 Feb 2015, 00:00 WIB DPR
Semua Murni Kerja Sama Business to Business

AP/Joshua Paul

PENANDATANGANAN nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara produsen otomotif Malaysia Proton Holdings Berhad dan PT Adiperkasa Citra Lestari yang disaksikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Kuala Lumpur (6/2) mengindikasikan kebijakan pemerintah terhadap pengembangan mobil nasional (mobnas) Indonesia. Terlebih, kesepakatan itu terjadi dalam rangkaian pertemuan bilateral Indonesia dan Malaysia.

Akan tetapi, Menteri Perindustrian Saleh Husin membantah kerja sama itu merupakan upaya untuk membangkitkan mobnas yang pernah diproduksi dengan nama mobil Timor itu. Ia menyatakan kesepakatan itu bersifat business to business. Berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia Dero Iqbal Mahendra melalui sambungan telepon, kemarin.

Apakah kerja sama Proton dengan Adiperkasa Citra Lestari yang dihadiri Presiden Jokowi merupakan langkah pemerintah membangkitkan mobnas?
Itu MoU murni business to business, tidak ada sama sekali keterlibatan pemerintah. Kalau memang sudah merupakan suatu kebijakan pemerintah, sudah pasti menteri perindustrian pasti ada dong.
Akan tetapi, ini lebih kepada kerja sama antara perusahaan swasta di Indonesia dan juga perusahaan yang ada di Malaysia. Peusahaan swasta nasional mau melakukan feasibility study (studi kelayakan) selama enam bulan ke depan.

Apakah pemerintah tidak berencana untuk membangkitkan mobnas?
Belum ada, sampai sejauh ini belum ada. Industri mobil kan sudah banyak. Sekarang ini kita konsentrasi dengan yang ada di sini dahulu, bagaimana industri kita menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Bukankah Indonesia sebenarnya sudah cukup mampu untuk membuat industri mobil nasional?

Iya. Kita memang sudah mampu, tetapi kan tidak murah. Segala hal perlu dipikirkan, seperti daya saingnya. Bukan habis dibuat kemudian terus tutup. Sementara itu, APBN masih dipakai untuk hal-hal yang lain.

Jadi apa yang dikerjakan pemerintah saat ini untuk pengembangan industri otomotif di dalam negeri?

Kita saat ini masih berada pada tahap penggenjotan produksi. Industri yang ada saat ini diharapkan tidak hanya memasarkan kepada pasar di dalam negeri, tetapi juga berorientasi pada peningkatan ekspor.
Memang, mereka sudah melakukan ekspor. Total mobil yang diekspor sekitar 200 ribu unit per tahun dan kira-kira hampir 50%-nya dari Daihatsu.
Mobil-mobil yang diproduksi pada pabrik-pabrik di Tanah Air itu telah menggunakan konten lokal hingga 86%. Namun, itu kan masih rendah. Karena itu, kita meminta untuk meningkatkan ekspornya dan konten lokalnya.

Ini untuk menuntaskan defisit neraca dagang Indonesia?
Ya. Itu yang kita inginkan. Kita juga tentu mulai berpikir untuk membangun transportasi umum agar masyarakat juga mempunyai pilihan. Hanya, pengembangan mobil transportasi massa perlu dilakukan koordinasi lintas kementerian terkait.

Ke depan, apakah mungkin menasionalisasi perusahaan yang eksisting untuk pengembangan mobnas?
Sampai sejauh ini belum ada rencana untuk itu.