Pasien B20 itu Diperlakukan Berbeda (2)

Penulis: Micom Pada: Selasa, 10 Feb 2015, 00:00 WIB DPR
Pasien B20 itu Diperlakukan Berbeda (2)

MI
MI

PENGANTAR: Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) kerap dianggap sebagai penyakit mematikan, menular, dan tidak dapat disembuhkan. Perkembangan teknologi medis telah memastikan penggunaan antiretroviral dapat menekan virus sehingga menekan peluang penularan dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Berikut penelusuran wartawan Metro TV dan Media Indonesia terhadap penanganan penderita HIV/AIDS. Ini merupakan laporan ke dua.

-------------------------

KEKECEWAAN perempuan dengan HIV itu terus bertambah. Selain melarang menjalani persalinan normal, dia juga tidak bisa memberi ASI kepada sang bayi. Selain itu, papar dia, RS Fatmawati menempatkan dirinya dan sang bayi di ruangan khusus dan langsung diberikan susu formula. "Kenapa bayi saya ditaruh di ruangan yang seharusnya bukan ruangan bayi, sendirian," ungkap dia.

Ruangan yang terletak paling ujung itu tidak berisi boks bayi. Kotak tempat bayinya adalah satu-satunya di ruangan itu dan dikelilingi berbagai peralatan yang sudah tidak terpakai seperti lampu sorot dan sebagainya. "Mungkin seharusnya itu ruangan untuk barang, tapi anak saya ditaruh di sana," tuturnya lirih.

Dia pun merasa para perawat bersikap diskriminatif. Ketika berada di kamar perawatan, ia kerap mendengar perawat-perawat yang datang saling berbisik, "Ini B20 ya, iya ini B20. Lalu mereka itu masih takut untuk memegang saya," kenangnya.

Dia pun berkali-kali ditawari untuk melakukan steril kandungan agar tidak lagi hamil setelah persalinan tersebut, namun ditolaknya. "Mungkin dokter berpikir, apalagi sih ini orang HIV positif melahirkan, ya sudah disteril saja. Berkali-kali mereka menawarkan,".

Begitu pula dengan penggunaan alat-alat untuk operasi caesar yang dijalani X. Semua alat hanya sekali pakai (single use) karena telah digunakan untuk pasien yang positif HIV. Padahal menurut aturan, alat-alat itu cukup dibersihkan dengan cairan clorin.

Saat ditemui Media Indonesia, Direktur Medis dan Perawatan (Director of Medical and Nursing) RSUP Fatmawati dr Lia G Partakusuma, SpK(K), MM, menegaskan perawatan sang bayi adalah ruang bayi. Tetapi, dia membenarkan ruangannya dipisahkan dengan bayi lainnya.

"Kami kan belum tahu apakah bayi ini viral load-nya undetect atau bagaimana. Kan belum bisa dipastikan, bayi baru bisa dites itu 3-6 bulan pada saat itu badanya sudah membentuk antibodi. Dan bayi itu kan rentan penyakit, bayinya rentan, bayi orang lain juga rentan. Jadi kami preventif jangan sampai ada penularan ke bayi lain,'' katanya.

Sehingga, dia membantah RS Fatmawati menggunakan ruang gudang yang tidak terpakai untuk merawat bayi dari ibu penderita HIV.  "Itu ruangan bayi, tapi memang boksnya cuma satu itu, tidak dengan bayi lain. Itu bukan tempat simpan barang lah. Kami juga tidak setega itu," ucapnya. (MI/Nat/T2/) (Bersambung)