Pengidap HIV masih Terstigma (12)

Penulis: MI Pada: Jumat, 20 Feb 2015, 00:00 WIB DPR
Pengidap HIV masih Terstigma (12)

ANTARA/Wahdi Septiawan

PENGANTAR: Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) kerap dianggap sebagai penyakit mematikan, menular, dan tidak dapat disembuhkan. Perkembangan teknologi medis telah memastikan penggunaan antiretroviral dapat menekan virus sehingga menekan peluang penularan dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Berikut penelusuran wartawan Metro TV dan Media Indonesia terhadap penanganan penderita HIV/AIDS. Ini merupakan laporan terakhir.


Dengan informasi yang masih minim, masih banyak petugas kesehatan maupun dokter masih terjebak pada stigma tentang ODHA.

Menurut dokter kandungan di Rumah Sakit Sint Carolus dr Ekarini SpOG, stigma muncul dari ketakutan seseorang trhadap HIV karena tidak mengerti bagaimana proses penularan HIV.

Sebelum 2000-an, menurutnya, memang banyak pemahaman keliru yang berkembang pesat di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS), berbagai film menampilkan citraan tentang ODHA yang sangat terkucil dan terdiskriminasi.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, banyak informasi baru perihal HIV AIDS. AS pun mengadopsi dengan cepat informasi itu dengan melakukan universal precaution atau kewaspadaan standar pada semua orang, baik ODHA ataupun bukan.

''Sayangnya pengetahuan tersebut tak menular dengan cepat di Indonesia. Ada sebagian dokter, petugas kesehatan yang masih takut menangani pasien HIV karena mereka pikir masih menular banget. Sehingga mereka pegang pasien HIV saja takut apalagi kecipratan darah,'' ungkap Ekarini.

Padahal, menurutnya, HIV hanya dapat menular melalui 4 prinsip yang dikenal dengan ESSE, yaitu exit, sufficient, survive, dan enter.

Prinsip Exit maksudnya, virus itu perlu keluar dulu dari tubuh seseorang baru bisa menulari orang lain. ''Selama masih ada di dalam tubuhnya, tidak perlu takut karena pasti enggak menular ke kita,'' ujarnya.

Kedua, adalah sufficient. Jika tingkat virus yang dimiliki seseorang dalam tubuhnya sangat tinggi, dia potensial menularkan ke orang lain kalau darahnya keluar. ''Tetapi kalau itu kita tekan dengan cara minum obat ARV, virus dalam tubuhnya tidak akan sufficient lagi terutama untuk menularkan orang lain,'' tegasnya.

Prinsip berikutnya adalah survive. Virus HIV harus keluar dari badan seseorang dalam kondisi hidup, baru bisa menulari orang lain. Virus HIV hanya bisa hidup dalam darah yang segar. Jadi darah kering atau terkena sinar matahari yang panas sekali, virus akan mati. ''Atau yang paling sederhana kena larutan klorin 0,05% pasti mati,'' tegas dia.

Dan yang terakhir adalah enter. Kalau darah dari orang yang mengandung virus itu masuk ke tubuh kita. ''Artinya saya minum satu gelas makan satu piring atau sama-sama satu sedotan itu tidak mungkin tertular hanya karena air liur. Cairan tubuh yang paling banyak mengandung virus memang darah. Sementara air mata, keringat, air liur, termasuk ASI sangat sedikit mengandung virus.'' (Nat/T-2)