Bisikan Mengecewakan buat Toto

Penulis: MI/CAHYA MULYANA Pada: Selasa, 24 Feb 2015, 00:00 WIB DPR
Bisikan Mengecewakan buat Toto

ANTARA/VITALIS YOGI TRISNA

JARUM jam menunjuk angka 08.00 waktu Brasil. Pada Jumat (20/2) pagi yang cerah itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Brasil Toto Riyanto sudah bersiap di Wisma Indonesia, Brasilia, menunggu mobil jemputan dari Kementerian Luar Negeri Brasil datang.

Sekitar 15 menit kemudian, staf kemenlu 'Negeri Samba' pun tiba. Bersama dua staf kedutaan, Toto pun meluncur menuju tempat upacara kenegaraan Brasil bertajuk penyerahan credential letter (surat kepercayaan) sebagai dubes, yang dalam undangan disebutkan bakal digelar pukul 09.00 waktu Brasil.

Setibanya di Istana Negara Brasil, Toto bersama lima dubes lainnya, yakni dari Venezuela, El Salvador, Panama, Senegal, dan Yunani, sempat melakukan geladi bersih selama sekitar 10 menit. Setelah melakukan geladi bersih, Toto dan dua staf kedutaan diajak staf Kemenlu Brasil ke sebuah ruangan dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Brasil Luiz Alberto Figueiredo Machado.

Di ruangan itulah kabar 'menyakitkan' itu datang. Sang Menlu Brasil membisikkan kepada Toto bahwa pemerintah Brasil menunda pelantikan dan penyerahan credential letter Indonesia untuk Brasil.

''Sesaat mau melaksanakan upacara, saya dipanggil oleh Menteri Luar Negeri Brasil ke satu ruangan dan mereka mengatakan untuk kami (Indonesia) ditunda. Kejadian itu kira-kira 30 menit sebelum acara resmi dilangsungkan,'' kata Toto seusai menemui Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Kantor Kemenlu, Jakarta, kemarin.

Ia sebetulnya telah mengetahui penundaan tersebut terkait dengan rencana eksekusi mati warga Brasil di Indonesia yang terjerat dalam kasus sindikat narkoba. ''Saat itu saya menanyakan apa penyebabnya meskipun sudah tahu semua ini soal hukuman mati. Untuk itu, diputuskan dengan cepat oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia saya ditarik (dari Brasil).''

Presiden Brasil Dilma Rousseff mengaitkan sikap pemerintahannya itu dengan keputusan pemerintah Indonesia yang mengeksekusi terpidana mati narkoba, termasuk seorang warga Brasil di Indonesia, Marco Archer, pada 18 Januari lalu, dan rencana hukuman mati warga Brasil yang kedua, Rodrigo Gularte, dalam waktu dekat.

Jadi, pada Jumat sore itu, hanya beberapa jam setelah Brasil menolak surat kepercayaan sebagai dubes, Toto pun berkemas. Keesokan harinya, Sabtu (21/2), ia bertolak menuju Jakarta, meninggalkan Brasil dengan memendam rasa kecewa karena tak diperlakukan secara layak sebagai diplomat oleh pemerintah di bawah Dilma Rousseff tersebut.  (X-3)