Tepung Penambah Gizi Buatan Pesantren Batakte

Penulis: Palce Amalo Pada: Kamis, 26 Feb 2015, 00:00 WIB DPR
Tepung Penambah Gizi Buatan Pesantren Batakte

MI/Palce Amalo

RATUSAN santri berdiri berjejer di dekat gerbang Pesantren Hidayatullah, Desa Batakte, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (25/2).

Seperti diberi komando, mereka serentak mengucapkan salam kepada Komandan Korem 161 Wirasakti Kupang, Brigjen Achmad Yuliarto begitu ia turun dari mobil, kemudian dibalas dengan mengepalkan tangan kanan sang jenderal.

Kedatangan pimpinan tertinggi TNI di NTT itu membuat suasana pesantren yang biasanya tenang, tiba-tiba menjadi riuh. Hari itu, Brigjen Yuliarto akan menerima satu unit mesin pengolahan Daun Moringa dari Keloris Indonesia Dudi Krisnadi.

Perhelatan itu sengaja dilakukan di pesantren berjarak 15 km selatan Kota Kupang. Pasalnya di pesantren itu menjadi lokasi pengolahan daun moringa beberapa bulan terakhir.

Salah satu bangunan di kompleks disulap menjadi ruang pengering daun moringa. Bahan baku daun segar dipasok dari kebun Moringa Wirasakti di Kelurahan Fatukoa, Kota Kupang milik Korem 161 Wirasakti.

Dudi Krisnadi mengatakan daun moringa ini sebagai asupan penambah gizi di negara-negara rawan pangan.

Dahulu daun moringa yang sudah dikeringkan dikirim ke pabriknya di Blora, Jawa Tengah untuk diolah lebih lanjut menjadi tepung.

''Sekarang para santri sudah bisa mengolah sendiri daun moringa menjadi tepung dengan mesin yang ada,'' kata Achamad Yuliarto kepada wartawan seusai menerima mesin tersebut.

Di dalam ruangan pengering terdapat 10 rak panjang yang masing-masing memuat 5 kilogram daun moringa dengan ketebalan 2 cm.

Pengeringan daun menggunakan pemanas listrik bersuhu 34 derajat Celcius selama tiga hari tanpa henti.

Lantaran suhu udara di Kupang saat ini berkisar 30 derajat celcius, suhu di dalam ruangan diturunkan.

''Pemanasan daun kelor tidak boleh menggunakan sinar matahari supaya kandungan enzim dan nutrisi tidak hilang. Begitu juga tidak boleh menggunakan gas karena akan mencemari lingkungan,'' ujarnya.

Setelah tiga hari, santri akan memisahkan daun dari tangkainya sebelum dikumpulkan ke dalam wadah untuk dibawa ke mesin pengolahan untuk diolah menjadi tepung. Tepung Moringa mampu bertahan selama selama bertahun-tahun tanpa diberi pengawet.

Adapun pengemasannya dilakukan di PT Moringa Indonesia Blora, Jawa Tengah, pusatnya riset moringa. Tepung dikemas dalam bentuk kapsul, serbuk, teh hijau, makanan ringan, sampo dan bedak.

Ahli kelor Dudi Krisnadi menyarankan untuk anak-anak kurang gizi usia 1-3 tahun dianjurkan mengonsumsi tiga sendok makan atau 25 gram setiap hari. Untuk ibu hamil dan menyusui dianjurkan sampai enam sendok.(N-4)