Petani tidak Menikmati Naiknya Harga Beras

Penulis: Heri Susetyo Pada: Kamis, 26 Feb 2015, 00:00 WIB DPR
Petani tidak Menikmati Naiknya Harga Beras

ANTARA/Suryanto

NAIKNYA harga beras ternyata tidak dinikmati para petani di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Pasalnya petani masih menganggap harga gabah kering masih rendah, tidak sebanding dengan biaya pupuk dan pengolahan sawah.

Kenaikan harga beras rata-rata Rp1000 per kg, namun tidak membawa berkah bagi petani.

Sebab harga gabah kering hanya Rp5500 per kg, tidak sebanding dengan harga beras yang kini kisarannya di pasar mencapai Rp10 ribu per kg. Bahkan harga gabah basah saat ini lebih rendah hanya Rp4500 per kg.

"Saat ini kami memilih menyimpan gabah karena harganya masih rendah. Kami menunggu harga gabah lebih tinggi," kata Abdul Manaf, petani di Desa Simo Kesambi, Kecamatan Porong, Sidoarjo, kemarin.

Dia bersama rekan-rekannya berharap pemerintah turun tangan ikut menstabilkan harga gabah kering maupun basah, termasuk harga beras di pasaran.

Mahalnya harga beras menggerakkan pemerintah daerah untuk langsung mengecek distribusi.

Seperti dilakukan Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah, FX Hadi Rudyatmo yang telah memerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat untuk mengecek distribusi dan ketersediaan beras di pasar.

"Saya sudah memerintahkan Disperindag untuk melakukan sidak ke pasar dan agen beras hari ini. Dengan begitu akan ketahuan apa yang menjadi

penyebabnya," kata Rudy.

Ia tidak segan mengambil tindakan apabila ditemukan agen atau pedagang beras sengaja menimbun. Begitu juga dengan pihak-pihak yang sengaja menghambat proses distribusi ke pedagang.

Rudy tidak yakin naiknya harga beras disebabkan petani gagal panen. Ia menduga penyebabnya karena tidak lancarnya proses distribusi.

Sidak ke sejumlah distributor beras juga dilakukan Disperindag Provinsi Bangka Belitung. Kepala Disperindag Provinsi Bangka Belitung, Yuliswan mengatakan sidak tersebut untuk mengetahui harga beras di tingkat pengecer dan distributor.

Berdasarkan hasil sidak, lanjut Yuliswan, harga beras di tingkat distributor Rp10.700 per kg.

Sementara Akim dari PT Bangka Alam, distributor beras terbesar di Pangkalpinang menegaskan setiap hari beras yang datang langsung dilepas ke pengecer, dan tidak ada yang ditimbun.

Stok menipis
Sementara di Bali, penaikan harga beras rata-rata Rp1000 hingga Rp3000 per kg.

Seperti di Pasar Amlapura Timur, Kabupaten Karangasem, harga beras premium jenis C4 lokal super naik dari Rp9000 per kg menjadi Rp12 ribu per kg dalam tiga hari terakhir.

Dari pengakuan para pedagang, naiknya harga beras disebabkan stok di sejumlah gudang agen mulai menipis bahkan kosong.

"Sejak dua hari susah mendapatkan beras karena stok di gudang agen kosong," aku Nyoman Rauh, seorang pedagang sembako di pasar Amlapura, kemarin.

Melambungnya harga beras memicu Bulog Lembata, Nusa Tenggara Timur mempercepat pendistribusian beras untuk warga miskin.

Hingga saat ini Bulog Lembata telah menyalurkan raskin kepada warga di 6 kecamatan dari 9 kecamatan di Lembata.

Adapun jumlah rumah tangga sasaran yang menerima raskin sebanyak 11.831.

Untuk mengantisipasi menurunnya daya beli masyarakat, Bulog Sub Divre Lembata menyalurkan raskin untuk tiga bulan sekaligus.

Kepala Bulog Sub Divre Lembata, Yogi menjelaskan saat ini harga beras mencapai Rp13 ribu per kg.

"Dengan distribusi raskin ini akan membantu masyarakat kurang mampu," ujarnya.