Populasi Berlebih, Koala Kelaparan

Penulis: Administrator Pada: Kamis, 05 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Populasi Berlebih, Koala Kelaparan

AFP/JOE KLAMAR

PULAU French di Victoria, sekitar 61 kilometer arah tenggara Melbourne, Australia, ialah tempat hidup yang aman bagi koala terutama pada 1900-an, ketika koala di mana-mana di Australia menjadi buruan untuk diambil bulunya.

Di Pulau French itu populasi koala tumbuh pesat. Lalu pada 1980-an, karena populasi koala terlalu banyak di Pulau French, sebagian dipindahkan ke Tanjung Otway di Victoria Selatan.

Di Otway, tidak ada predator alamiah untuk koala, semisal elang, yang bisa menahan laju peningkatan populasi.

Jumlah binatang bernama latin Phascolarctos cinereus itu pun tidak terkendali di sana.

Frank Fotinas, pemilik taman karavan Bimbi Park di Tanjung Otway, mengaku koala-koala di sana sudah membuat gundul pepohonan karena mereka berusaha terus mencari makan.

"Baunya seperti banyak yang mati," lanjut Fotinas.

Koala di Tanjung Otway rupanya dilanda krisis.

Mereka kekurangan makanan karena populasinya terlalu banyak.

Karena itu pula, koala-koala yang kelaparan itu dimatikan sepanjang 2013-2014.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup untuk Negara Bagian Victoria Lisa Neville, ada 686 koala yang ditemukan dalam kondisi kesehatan buruk.

Mereka lantas disuntik mati dokter hewan dengan pengawasan pakar koala serta petugas.

"Tindakan itu dilakukan guna mencegah koala-koala menderita karena tidak mendapatkan cukup makanan," kata Neville.

Menurut pengalaman, sambungnya, memindahkan koala-koala malah bisa menyebabkan penderitaan bagi para koala.

"Kita perlu mengkaji ulang strategi manajemen koala untuk memutuskan apakah kita bisa meredakan pertumbuhan populasi yang begitu cepat," kata Neville.

Menurut pakar koala dari Universitas Deakin, Desley Whisson, cara pemerintah menangani koala tidak pernah dirahasiakan.

"Tindakan ini justru membuat koala lepas dari penderitaan. Populasi koala sudah akut. Dari pantauan, 15 dari 20 koala sekarat akibat kelaparan," kata Whisson.

Nyatanya tidak semua sepakat dengan cara penanganan itu. Kepala Eksekutif Yayasan Koala Australia Deborah Tabart menuding pemerintah tidak becus menangani koala di Tanjung Otway.

"Yang mereka lakukan itu mengerikan! Kenapa dari semula mereka membiarkan itu terjadi? Populasi berlebih itu bisa ditangani lebih dini. Pemerintah harusnya malu!" seru Tabart.

Menurut data Yayasan Koala Australia, jumlah koala tersisa tak sampai 100 ribu saja di alam bebas.