Jaga Kepercayaan Investor

Penulis: Fathia Nurul Haq Pada: Jumat, 13 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Jaga Kepercayaan Investor

MI/ADAM DWI
CIMB Niaga Economic Forum 2015

DUNIA usaha menikmati rezim devisa bebas yang diterapkan Indonesia. Namun, dalam kondisi perekonomian menghadapi tekanan, seperti melemahnya nilai tukar rupiah, kebijakan rezim devisa bebas itu bisa merugikan perekonomian.

Kebijakan pemerintah sudah sepatutnya diarahkan untuk memberi insentif guna menarik investasi di sektor riil ke dalam negeri.

Geliat bisnis yang dijalankan investor diyakini lebih memperkuat struktur fondasi perekonomian nasional, yang pada akhirnya akan memperkuat nilai tukar rupiah di pasar uang dunia.

"Kebijakan yang kita anut, ketimbang di negara lain, sangat bebas. Sebebas itu kita bisa memarkir hasil ekspor kita ke luar negeri atau mengambil devisa kita ke luar negeri. Kita harus appreciate bahwa kita ini menikmati satu rezim yang sangat bebas," tegas Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto pada CIMB Niaga Economic Forum 2015 di Jakarta, kemarin.

Dalam acara kerja sama antara CIMB Niaga, Media Indonesia, Metro TV, dan diselenggarakan Citra Activation itu Bambang mengimbau agar investor yang memarkir dana di luar negeri bisa memindahkannya ke Indonesia.

"Untuk memperkuat rupiah, pengusaha juga harus bertransaksi dalam rupiah demi menekan permintaan terhadap dolar AS," tegasnya.

Menurut Bambang, seiring dengan ajakan untuk menem-patkan kembali dana yang diparkir di luar negeri serta agar investor asing menanam modal di Indonesia, pemerintah perlu membuat kebijakan yang menstimulasi supaya ekonomi riil di masyarakat bisa bergerak.

"Hindari kebijakan yang bisa berdampak menyulitkan dunia usaha. Itu akan mengurangi daya tarik iklim usaha di Indonesia. Kepercayaan investor harus dijaga," ujarnya.

CEO PT CIMB Niaga Tbk Arwin Rasyid mengapresiasi langkah pemerintah memperbaiki kebijakan dalam rangka mempermudah para investor, kendati langkah tersebut tidak serta-merta berpengaruh pada depresiasi nilai tukar rupiah.

"Upaya pemerintah meningkatkan infrastruktur, memperbaiki biaya logistik, mengurangi biaya berbisnis itu bagus sekali," tukasnya.

Ekonom Bank Dunia Ndiame Diop melihat potensi besar yang dimiliki Indonesia sudah dilirik oleh dunia internasional.

"Tetapi jika regulasinya tidak memihak kepada investor, tentu potensi itu jadi sia-sia," tandas Diop yang juga menjadi pembicara dalam forum itu.

Insentif pajak

Di tempat terpisah, Presiden Joko Widodo tidak ambil pu-sing dengan pelemahan rupiah karena fundamental ekonomi Indonesia relatif baik. Meski begitu, ia mewaspadainya dengan berencana mengeluarkan paket kebijakan yang memberi insentif bagi dunia usaha.

"Untuk urusan rupiah biar Bank Indonesia yang menga-wal. Tugas kita justru bagaimana ekonomi riil bisa ber-gerak," kata Presiden Joko Widodo di Jakarta, kemarin.

Presiden beralasan karena kondisi pelemahan rupiah tahun ini berbeda dengan masa krisis 1998, pemerintah pun memilih akan mengeluarkan paket kebijakan untuk mempertahankan, bahkan menarik minat investasi asing ke dalam negeri.

"Kalau sudah fix, akan disampaikan. Yang jelas akan berikan insentif, misalnya tax allowance (keringanan pajak), dan lain-lain. Konkretnya Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan yang sampaikan," katanya. (Kim/Bow/X-10)