Dari Bandung untuk Dunia

Penulis: Administrator Pada: Minggu, 15 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Dari Bandung untuk Dunia

MI/IMMANUEL ANTONIUS

Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 mestinya bukan nostalgia semata.

Bandung akan jadi panggung politik juga budaya pada 19-23 April 2015. Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 digelar, berisi pertemuan antarpetinggi negara, telusuri sejarah hingga atraksi budaya.

Sebagian kegiatan memang akan dilakukan di Jakarta. Namun, puncaknya berlangsung di Bandung, lokasi penyelenggaraan KAA pertama 1955. Mereka akan berjalan bersama menelusuri jejak sejarah di sepanjang Jalan Asia-Afrika pada 24 April 2015 mendatang, pawai budaya yang juga diikuti perwakilan negara sahabat.

"Ini forum yang bisa memberi panggung agar Bandung tidak hanya menjadi macan Indonesia, tetapi juga macan dunia. Kalau jadi kenyataan, teman-teman mahasiswa nantinya akan menjadi aktor utama untuk menjalin hubungan di bidang budaya dalam kerangka second track diplomacy karena pemerintah tidak mungkin bisa melakukannya sendirian," kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Freddy H Tulung dalam seminar Reaktualisasi Spirit Konferensi Asia Afrika di Kampus Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran, Jatinagor, Kamis (12/3).

Ulang era kejayaan

Pembelajaran dari KAA, kata Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Yuliandre Darwis, Indonesia sempat sangat dihormati dunia internasional. Era kejayaan itu mestinya bisa diulang berbekal kreativitas, yang menjadi penanda utama identitas anak muda Indonesia, terutama Bandung.

"Generasi muda harus mulai bertindak sebagai kreator, bukan hanya sebagai pengikut. Banyak kerugian yang timbul saat bangsa ini tidak kreatif, salah satunya kehilangan pendapatan potensial dari pemanfaatan media sosial buatan asing. Tanpa sadar, Youtube sudah menghasilkan Rp1 triliun dari iklan dari Indonesia saja, tanpa bayar pajak. Jadi, jangan hanya menjadi bangsa follower tanpa bisa melakukan sesuatu yang kreatif," tukas Yuliandre.

Berdampak nyata

Arif, mahasiswa jurusan Jurnalistik Fikom Unpad angkatan 2009, menegaskan peringatan KAA semestinya berdampak pada penaikan derajat kesejahteraan masyarakat. "Tidak jauh dari lokasi utama penyelenggaraan, masih ada sejumlah masyarakat yang tinggal dengan kondisi tidak layak. Hal itu patut menjadi perhatian mengingat kondisi serupa juga banyak ditemui di negara-negara lain di belahan Asia-Afrika. Penyelenggaraan konferensi ini harus berdampak ke masa depan," tegas Arif.

Hal senada juga diungkapkan Freddy. Ada makna mendalam dari sekadar nostalgia masa lalu, semangat KAA yang tecermin dalam Dasa Sila Bandung sangat relevan menjawab permasalahan negara-negara Asia-Afrika saat ini. "Utamanya berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan karena nyatanya kemerdekaan politik yang diraih belum diikuti oleh kemerdekaan bangsa dari sisi ekonomi dan budaya. Kemiskinan masih menjadi masalah dunia yang cukup besar, kita mencoba untuk menerapkan kembali nilai-nilai dari Dasa Sila Bandung yang spiritnya mencerminkan toleransi untuk hidup damai dengan tetangga," sahut Freddy.

Tiga dokumen

Indonesia, kata Freddy, menargetkan konferensi tahun ini bisa menghasilkan tiga dokumen penting. Pertama, Bandung Message yang berisi konten-konten yang mengarah pada peningkatan solidaritas politik, ekonomi, dan budaya antarnegara Asia dan Afrika.

Dokumen kedua direncanakan berisi pembahasan tindak lanjut peringatan KAA ke-50 lalu terkait kerja sama dalam delapan sektor utama yang meliputi kontraterorisme, kejahatan transnasional, keamanan

pangan, keamanan energi, usaha kecil dan menengah, pariwisata, jejaring pembangunan universitas di Asia-Afrika, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

Dokumen ketiga yang tidak kalah pentingnya ialah Deklarasi Palestina yang akan berisi dukungan untuk kemerdekaan penuh Palestina dan pemenuhan hak-hak dasar warga negaranya. Jika seluruhnya tercapai, peringatan KAA diharapkan akan memberikan maslahat bagi Indonesia juga dunia.