Pedagang hanya Takut dengan Satpol PP

Penulis: */*/*/J-2 Pada: Kamis, 19 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Pedagang hanya Takut dengan Satpol PP

ANTARA/Zabur Karuru

AKTIVITAS perdagangan di jembatan penyeberangan bukan tidak pernah ditertibkan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol).

Sejumlah pedangan mengaku kerap dikejar-kejar petugas.

Namun, mereka tidak punya pilihan lain karena tidak memiliki modal untuk menyewa tempat berjualan.

Seperti dikatakan oleh Suprapti, 42, yang setiap hari berjualan pakaian dalam di jembatan penyeberangan Prapatan Bogor, Jatinegara, Jakarta Timur.

Perempuan itu mengaku berjualan tanpa modal karena barang dagangannya ia ambil dari pedagang lain di dalam Pasar Jatinegara.

Seusai berjualan, ia harus menyetorkan uang hasil jualan dan mengembalikan barang yang tersisa kepada pemiliknya.

"Jangankan untuk menyewa tempat berjualan (resmi), berjualan di sini saja enggak pakai modal. Saya cuma jualin dagangan orang karena berjualan di sini lebih laku ketimbang di dalam pasar, juga enggak bayar iuran. Jadi sampai kapan pun saya akan jualan di sini selama enggak ada petugas Satpol PP," kata Suprapti, pekan lalu.

Namun, tambahnya, bila tiba-tiba petugas Satpol PP melakukan razia, ia bersama belasan pedagang lainnya harus segera melarikan diri.

"Harus siap jadi 'burung' (kabur)," kata Suprapti.

Pedagang lainnya, Mukti, 51, mengakui ia dan pedagang lainnya yang menempati jembatan penyeberangan tersebut harus 'pasang mata' agar tidak tertangkap oleh petugas Satpol PP.

Sementara itu, Rudy, 41, pedagang aksesori ponsel yang dua tahun terakhir berjualan di jembatan penyeberangan Slipi mengaku terpaksa melanggar aturan karena tidak ada pekerjaan lain untuk mendapatkan nafkah bagi anak dan istrinya.

Pedagang kaki lima di jembatan itu setiap hari menggelar dagangan mulai pukul 16.00 WIB.

"Kalau ada polisi, saya tidak takut. Namun, kalo ada Satpol PP, saya kabur," ujar Tina, 32, pedagang lainnya.

Di sisi lain, pedagang yang menempati jembatan penyeberangan di depan Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat, menyatakan, selain berjualan, mereka juga kerap menolong pengguna jembatan yang menjadi korban penodongan di lokasi itu.

Menurut Rudy, jembatan penyeberangan yang berdekatan dengan satu kampus perguruan tinggi itu kerap dijadikan lokasi penodongan oleh beberapa penjahat terhadap mahasiswa yang melintas.