Tahun ini Titik Balik Tumbuh Pesat

Penulis: MI/IRENE HARTY Pada: Rabu, 25 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Tahun ini Titik Balik Tumbuh Pesat

ANTARA/M AGUNG RAJASA

TAHUN ini merupakan masa transisi untuk membalikkan pertumbuhan ekonomi menjadi melaju cepat. Pendorong pertumbuhan ekonomi bukan lagi hanya sektor konsumsi masyarakat, melainkan juga belanja pemerintah terutama pembangunan infrastruktur.

Deputy Country Director of ADB Indonesia, Edimon Ginting, mengemukakan itu dalam pemaparan Asian Development Outlook 2015 di Hotel Mid Intercontinental, Jakarta, kemarin. "Penting karena ini masa reformasi untuk membalikkan pertumbuhan ekonomi. Saya yakin konsumsi masih akan baik. Tantangannya di investasi dan ekspor."

Edimon mengatakan investasi asing langsung (FDI) dan investasi publik tahun lalu sangat rendah karena anggaran kurang. Namun, kini anggaran sudah dua kali lipat.

Meski ada risiko dalam penerimaan, anggaran pemerintah yang meningkat dua kali lipat disertai dengan implementasi seperti akuisisi lahan dan upaya mempermudah perizinan diharapkan akan mendorong investasi.

Edimon meyakini investasi Indonesia masih di atas India dan perbaikan infrastruktur dasar menjadi hal penting untuk dicermati. "Saya suka kata-kata Pak Jokowi sebelum ke Jepang, 'Pulang harus bawa oleh-oleh yang riil'."

Ekspor tahun ini diperkirakan masih negatif atau naik tipis 1,2%. Untuk tren ke depan, ADB melihat ekspor akan mulai meningkat bila pemerintah memperluas sektor ekspor yang baru selain komoditas.

ADB menyarankan peningkatan sektor manufaktur ditambah kebijakan insentif pajak yang dapat meningkatkan kepercayaan investor. Selain itu, industri pariwisata didorong, dan itu telah diinisiasi pemerintah dengan rencana pembebasan visa untuk warga negara dari 30 negara.

Ekonom senior ADB Prasetyo Aji menambahkan, Indonesia perlu memajukan sektor pertanian kendati tergolong berisiko tinggi. Pasalnya, sektor tersebut dapat memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan kesejahteraan kelompok miskin yang banyak terdapat di sektor tersebut.

ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2015 akan mencapai 5,5% dan 6% pada tahun depan. Prediksi itu lebih optimistis ketimbang Bank Dunia yang menyebut pertumbuhan Indonesia tahun ini hanya akan mencapai 5,2% dan menjadi 5,5% tahun depan. Asumsi APBN-P 2015 menetapkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,7%.

Rupiah membaik
Dalam kaitan flutuasi nilai tukar rupiah sebagai salah satu indikator makroekonomi, ADB berpendapat kurs rupiah cenderung telah membaik. "Turbulance-nya di 2013, tapi sudah membaik. Tapi lebih baik menurun, kata saya, karena defisit transaksi berjalan," ujar Edimon.

Ia memperkirakan nilai tukar rupiah sulit mencapai level 12.500 per dolar AS seperti asumsi APBN-P 2015, meskipun Bank Indonesia terus intervensi. Berkenaan dengan itu, Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs menyatakan BI hanya berkepentingan untuk menjaga pergerakan rupiah agar tidak tajam, "Kami tidak terlalu peduli menguat sampai level tertentu. Yang penting BI tetap menjaga volatilitas rupiah di pasar." (E-1)