Beras Ketan Hilang, Rengginang Langka

Penulis: Kristiadi/N-4 Pada: Kamis, 26 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Beras Ketan Hilang, Rengginang Langka

ANTARA/ARIF FIRMANSYAH

WAJAH Yanti,39, tampak kebingungan. Dalam sepekan ini dia sedang mencari beras ketan di sejumlah pasar hingga keluar Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Namun, bahan baku untuk membuat rengginang, tape ketan, opak, dan ulen itu tidak kunjung ditemukan.

Harga jual beras ketan di pasar-pasar tradisional Kota Tasikmalaya saat ini sekitar Rp15 ribu-Rp17.500 per kg. Biasanya harga beras ketan sekitar Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kg.

"Para perajin makanan olahan sulit mendapatkan bahan baku untuk membuat opak, rengginang, ulen, dan tape ketan. Saat ini harga beras ketan tinggi dan langka," ujar Yanti warga Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, yang sehari-harinya membuat makanan olahan dari beras ketan kemarin.

Yanti mengungkapkan, saat ini perajin makanan olahan opak, rengginang terpaksa berhenti berproduksi karena harga bahan baku masih tinggi dan sulit dicari.

"Biasanya kami memproduksi opak dan rengginang melebihi 80 bungkus. Untuk satu bungkus rengginang berisi 15-20 biji yang   dijual ke pasar dan toko-toko makanan. Adapun opak berjumlah 10 bal dengan berat 20 kg. Saat ini kami tidak lagi memproduksi karena bahan baku langka," ungkapnya. 

Kelangkaan bahan baku beras ketan ini juga sampai telinga Ketua DPW Gerakan Petani Mandiri Indonesia Jawa Barat, Yuyun Suyud.

Dia membenarkan beras ketan hitam dan putih sulit diperoleh di wilayah Tasikmalaya.
 
Menurutnya pasokan beras ketan yang ada di Tasikmalaya paling banyak dipasok dari luar daerah seperti Yogyakarta, Tegal, Brebes, dan sebagian Jawa Timur.

"Sekarang para petani akan berupaya melakukan penanaman beras ketan, untuk membantu para perajin olahan makanan di Tasikmalaya agar bisa diproduksi," ujar Yuyun.

Dia membenarkan, selama ini di wilayah Tasikmalaya tidak pernah ada penanaman beras ketan putih dan hitam.

Dengan adanya kelangkaan beras ketan, menurut Yuyun, para petani berencana menanam padi ketan dengan luas lahan 5 hektare di setiap kecamatan. Penanaman padi ketan ini untuk menjaga ketahanan pangan dan peningkatkan perekonomian masyarakat, terutama dalam bidang pengolahan makanan olahan berupa opak, rengginang, ulen, dan ketan tape.

"Para petani akan mengembangkan penanaman padi ketan di wilayah Tasikmalaya untuk menghentikan ketergantungan dari luar karena selama ini banyak pasokan dari luar kota berada di Tasikmalaya dengan harga tidak menentu," paparnya.