Buku Melawan Renta

Penulis: Yos/M-6 Pada: Kamis, 26 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Buku Melawan Renta

MI/Yose Hendra

Sedari kecil, Papa mengaku telah belajar soal agama. "Belajar sepanjang usia tentang religiositas," ujarnya. Papa mengaku menempuh jalan penyair tidak lantas menegasikan soal kewajiban dalam beragama. Justru, baginya agama ialah perenungan yang memompa kata-kata menjadi sajak yang indah. Dalam keseharian, ia selalu berusaha menunaikan salat lima waktu tepat waktu. Tengah malam, kadang kala ia melakukan salat tahajud. Terjaganya ibadah menjadikan ia selalu tenang dalam bersikap dan berinteraksi. Jauh dari sifat pikun.

Seusai salat subuh, Papa selalu melakukan joging sepanjang 5 kilometer dari rumahnya di kawasan Ulak Karang hingga ke Lapai, Kota Padang. Kebiasaan itu telah dimulai ketika remaja. Olahraga yang teratur dan berimbang serta asupan air putih dan madu lebah membuat kesehatan Papa terjaga. Dengan begitu, ia begitu nyaman untuk menulis sajak-sajak yang indah. Buku ialah inspirasi untuk itu.

Papa mengaku seorang yang autodidak. Ia belajar sendiri sejak tamat SMA, terlebih setelah tidak aktif di dunia jurnalistik. Ya, selain penyair, Papa pernah menjadi wartawan. Harian Haluan menjadi kantor koran yang pertama dia singgahi pada akhir 1960-an. Di harian ini, ia mengasuh halaman sastra sebagai redaktur kebudayaan.

Setelah itu, ia berpindah-pindah hingga pensiun pada 1999. Sembari menjadi jurnalis, Rusli tetap berada di kolong sastra. Bersama beberapa sastrawan seperti Leon Agusta, Dalius Umari, Mursal Esten, Chairul Harun, dan Upitha Agustine, ia mengisi acara Ruang Sastra Daerah Persinggahan di RRI Padang. "Belajar-belajar lagi, membaca-baca lagi. Itu kuncinya eksis di jalur kepenyairan hingga sekarang," ujar Papa.

Ribuan judul
Buku menjadi asupan bagi Papa memproduksi sajak, menjaga raga melawan renta. Sedari muda, ia telah membiasakan diri membeli buku. "Kadang sekali seminggu. Atau kadang kalau dapat uang dari juri atau sebagainya," ujar pria yang pernah jadi anggota DPRD Padang periode 1987-1992 ini.

Sekarang, koleksi buku Papa mencapai ribuan judul. Buku itu dengan mudah ditemui ketika menyambangi kamar Papa di lantai II. Kamar kecil tersebut didominasi buku; tersusun rapi di rak-rak yang sederhana, dan berserakan di lantai dan meja. Buku, kata Papa, juga ada rak-rak di lantai I.

Buku berbagai disiplin ilmu yang dikoleksi, menjadi inspirasi dalam melahirkan sajak cinta hingga perlawatan dan perlawanan. Ia juga update peristiwa dari koran yang menyambangi rumahnya tiap hari. Selain bacaan di media daring dan interaksi di jejaring sosial serta e-mail tentunya. Baginya, buku ialah jendela dunia dan pangkal berkarya.