Sawah Portabel

Penulis: MI Pada: Minggu, 29 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Sawah Portabel

MI/ADAM DWI

BUKAN hanya biogas untuk kompor dan listrik yang menjadi inovasi Sonson Garsoni. Pupuk cair yang dihasilkan dari endapan limbah organik yang sudah dicampur air juga ia manfaatkan untuk tempat lainnya. Salah satunya sawah portabel.

Seperti apa sawah portabel? Yang pasti tidak perlu membajak ataupun melakukan penyemaian dan pemindahan.

Cukup menanam benih pada polibag, proses penyiramannya pun cukup memutar keran air langsung mengalir, dan memberikan pupuk tanaman satu kali, lalu tinggal menunggu selama 90 hari, padi pun siap dipanen.

Namun, tantangan hama masih menjadi hal yang patut dikhawatirkan. Tikus ataupun ular mungkin tidak akan memasuki wilayah sawah portabel, tapi burung masih sering hinggap dan memakan biji padi yang mulai terisi. Sementara itu, air yang tidak habis oleh sawah akan mengalir ke dalam rak hidroponik yang berisi sayuran seperti selada, bawang, dan pakchoy.

"Jadi, kita bisa memenuhi kebutuhan sendiri, mulai dari beras, sayur, hingga lauk. Untuk ikan, bisa juga jenis gurame dan nila, tapi lele sudah terbukti tahan banting terhadap air keruh," kata pria lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Instalasi digester 3.000 L yang menghasilkan biogas sejumlah 3 meter kubik, sudah termasuk dengan instalasi sawah portabel sebanyak 900 polibag. Jika pemeliharaan dan asupan nutrisi yang baik, mungkin bisa menghasilkan sekitar 85 kg beras per panen.

Inovasi itulah yang kemudian dilirik banyak instansi maupun perseorangan, tak hanya di dalam negeri, tetapi permintaan alat instalasi digester dan sawah portabel sudah sampai ke Malaysia.

"Polibag bisa dua kali digunakan, media tanamnya itu berupa campuran media tanam dan limbah organik padat. Hasil samping dari digester itu kan ada yang berupa cairan, kalau kita saring air tersebut masih ada cacahan halus dari limbah organik. Ya kita pakai sebagai campuran media tanam," pungkasnya. (Wnd/M-3)