2015, Antam Dipimpin Nakhoda Baru

Penulis: MI Pada: Rabu, 01 Apr 2015, 00:00 WIB DPR
2015, Antam Dipimpin Nakhoda Baru
RAPAT Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memutuskan untuk merombak direksi perseroan. Tongkat estafet kepemimpinan sebagai Direktur Utama Antam di-serahkan dari Tato Miraza kepada Tedy Badrujaman.

Direktur Utama Antam sebelum RUPST Tato Miraza mengatakan pemegang saham mengangkat tiga direksi baru untuk menggantikan direksi lama.

"Mereka ialah Agus Zamzam, Aloysius Kiik Ro, dan Johan Nababan," ujarnya seusai RUPST di Jakarta, kemarin.

Selain penggantian direksi, RUPST tersebut juga menyetujui tidak adanya pembagian dividen tunai untuk tahun buku 2014.

"Dividen tidak dibagikan karena kinerja perseroan yang mengalami kerugian," ujarnya.

Dalam rapat tersebut disampaikan kerugian tahun berjalan yang dialami Antam pada 2014 sebesar Rp775,17 miliar. Sementara pada 2013, Antam mencatatkan pendapatan komprehensif tahun berjalan sebesar Rp410,13 miliar. Total penjualan yang diperoleh Antam pada 2014 sebesar Rp9,42 triliun, masih lebih kecil daripada di 2013 dengan total Rp11,2 triliun.

Direktur Utama Antam setelah RUPST, Tedy Badrujaman, mengatakan dengan pergantian direksi ini diharapkan dapat terjai perbaikan dalam kinerja Antam secara keseluruhan.

"Kita akan melakukan peningkatan volume produksi yang akan menjadi keuntungan kita. Selain itu, kita akan melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi," jelasnya.

Teddy mengatakan produksi veronikel Antam di tambang Komala meningkat dari 16 ribu menjadi 20 ribu ton tahun ini. Selain itu, ia juga akan menggenjot peningkatan volume produksi emas. Peningkatan produksi veronikel karena ada pengembangan pabrik keempat di Komala.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan pada tahun ini, Antam mendapatkan tambahan dana yang berasal dari penyertaan modal negara (PMN) Rp3,5 triliun dari total Rp7 triliun yang diajukan kepada pemerintah. Apa pun yang diputuskan pemerintah, ia mengaku siap untuk menjalankan termasuk dengan adanya kebijakan penghiliran.

Akan tetapi, Tedy mengatakan rencana pembangunan pabrik pemurnian atau smelter grade alumia di Mempawah masih belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat karena masih terkendala masalah lahan dan izin usaha.

Antam belum mendapatkan keseluruhan lahan yang dibutuhkan untuk membangun smelter tersebut di Mempawah, Kalimantan Barat. (Mus/E-3)