Peretas Iran Ancaman Besar bagi AS

Penulis: MI Pada: Sabtu, 18 Apr 2015, 00:00 WIB DPR
Peretas Iran Ancaman Besar bagi AS

AEI.ORG

IRAN telah menjadi ancaman besar bagi jaringan komputer Amerika Serikat (AS). 'Negeri para Mullah' itu telah melancarkan sejumlah serangan digital dan melakukan aksi mata-mata dengan sejumlah target AS.

Berdasarkan laporan terbaru yang dirilis, Kamis (16/4) waktu setempat, upaya peretasan dari para peretas Iran menunjukkan rezim pemerintah Iran tengah mencari infrastruktur yang rentan ditembus dalam serangan siber mendatang.

Laporan soal aksi para peretas Iran itu diungkap perusahaan pengamanan siber swasta AS, Norse, dan lembaga think tank American Enterprise Institute (AEI).

"Iran tengah bangkit sebagai ancaman siber yang signifikan terhadap AS dan sekutunya," ungkap Norse dan AEI dalam laporan mereka.

Keahlian Iran dalam bidang siber telah meningkat pesat dalam beberapa tahun belakangan.

"Iran telah menembus jaringan komputer yang terlindungi di AS serta mengambil dan merusak data yang sensitif," imbuh laporan dari Norse.

Peretasan Iran yang termasuk kegiatan spionase dan penyerangan sistem komputer telah meluas, kendati Iran tengah mendapat sanksi ekonomi. Sanksi ekonomi itu diberlakukan negara Barat terkait program nuklir Iran.

Studi itu merupakan kutipan data dari sebuah jaringan yang memiliki jutaan sensor yang dimiliki Norse. Sensor-sensor itu dirancang seperti situs-situs nyata atau sistem komputer untuk bank yang bisa memancing seorang peretas.

Data-data menunjukkan Iran telah melakukan serangan siber, termasuk data hasil penyelidikan dari dalam negeri Iran sendiri.

Perusahaan-perusahaan milik pemerintah Iran termasuk beberapa di antaranya berhubungan dengan pasukan elite Garda Revolusioner juga diduga meretas server dan sistem komputer yang berlokasi di negara-negara Barat.

"Secara sederhana dengan mendaftar dan membayar upah, badan keamanan Iran dan warga negara biasa pun memiliki akses ke sistem komputer dan software canggih yang dijadikan negara Barat untuk mencegah pencurian data," jelas studi tersebut.

Pada Februari lalu, Direktur Intelijen Nasional AS James Clapper menuduh Iran melakukan penyerangan siber ke Sands Casino di Las Vegas, AS. Peretas Iran itu mencuri data rahasia dan memadamkan jaringan komputer Sand Casino.

Serangan terhadap jaringan komputer Sands Casino terjadi setelah sang pemiliki kasino, miliarder Sheldon Adelson, mengatakan Iran seharusnya dibom nuklir.

Pejabat intelijen AS juga meyakini Iran berada di balik serangan jaringan komputer milik bank-bank komersial di AS pada 2011. Serangan Iran terhadap jaringan komputer di AS mengalami peningkatan setelah adanya aksi peretasan terhadap jaringan komputer milik pembangkit untuk pengayaan uranium Iran pada 2010. (AFP/Drd/I-2)