Mempertahankan Industri Perahu Tradisional

Penulis: MI/AHMAD YAKUB Pada: Rabu, 22 Apr 2015, 00:00 WIB DPR
Mempertahankan Industri Perahu Tradisional
BUNYI alat bor mesin berdesing menembus papan kayu jati setebal 5 sentimeter. Desingan mesin bor itu bersahutan dengan suara mesin pemasah (penghalus) kayu. Satu per satu papan tebal yang telah diproses itu selanjutnya dipasang pada bagian atas dan samping perahu ukuran besar tersebut.

Di sudut lain, tampak beberapa pekerja yang sebagian besar tukang kayu sedang memperbaiki kapal kayu berukuran besar.

Kapal itu rusak setelah menghantam batu karang. Begitulah, pemandangan sebuah bengkel pembuatan perahu tradisional milik Umar, 47.

Bengkel tersebut terletak persis di pesisir pantura Dusun Dengok, Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran, Jawa Timur.

Tidak banyak warga yang masih bertahan menekuni bidang itu. Tiap tahun produksi perahu kayu tradisional terus berkurang. Awalnya ada belasan bengkel serupa.

Seiring dengan berjalannya waktu, kini pengusaha yang tekun membuat kapal tradisional di kampung itu tinggal tersisa tujuh orang.

Selain faktor modal yang cukup besar, pengusaha yang masih bertahan tetap membutuhkan tenaga kerja berpengalaman dalam membuat perahu.

Tidak semua tukang kayu bisa atau ahli membuat perahu. Para pengusaha pada umumnya memiliki belasan hingga 20 tukang kayu.

Perahu tradisional buatan perajin di Kandangsemangkon itu sudah dikenal secara luas dan banyak diminati konsumen dari berbagai daerah. Kualitas perahu hasil buatan perajin pantura tersebut tak diragukan.

Selain nelayan lokal, tak sedikit pengusaha ikan dari luar daerah memesan perahu buatan warga Dusun Dengok tersebut.

Mulai Kabupaten Rembang, sebagian daerah di Madura, hingga Jakarta dan sekitarnya ialah konsumen setia kapal dari Dusun Dengok.

Selain bentuknya yang unik, perahu buah tangan perajin Dengok dikenal memiliki daya tahan yang andal, yakni awet digunakan hingga setengah abad. Harga perahunya juga cukup mahal berkisar antara Rp300 juta dan Rp1 miliar tergantung ukurannya serta kelengkapannya.

Dusun Dengok memang terkenal sebagai tempatnya para ahli perahu tradisional. Tidak kurang 50 perajin berada di kampung itu. Aktivitas dan keahlian mereka telah diwariskan turun-temurun sejak berabad-abad lamanya.

"Usaha ini meneruskan tradisi nenek moyang. Bisa dikatakan lebih dari satu abad yang lalu," kaya Umar, salah satu perajin perahu.

Sayangnya, ia tidak hafal eksistensi perajin di kampungnya. Umar pun hanya meneruskan pekerjaan ayahnya yang telah memasuki usia senja, termasuk kakeknya yang juga pembuat perahu tradisional.

Ada dua jenis perahu yang dibuat Umar, yakni jongjong dan perahu datar. Dua jenis transportasi laut itu pernah memasuki masa kejayaan di era Kerajaan Majapahit.

Sentral perahu

Kawasan pesisir pantura Jawa Timur seperti di Kabupaten Lamongan dan Tuban dikenal sebagai tempat industri perahu tradisional.

Lamongan, tepatnya Kecamatan Paciran dan Brondong, merupakan sentral pembuatan perahu kayu, sedangkan di Tuban tepatnya di Kecamatan Palang, Bancar, Tambakboyo, Jenu, dan Tuban. Saat saya mengunjungi galangan kecil di Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran, dua pekan lalu, di sepanjang pantai sedikitnya ada tujuh tempat yang digunakan sebagai bengkel sekaligus galangan kapal tradisional.

Para pembuat kapal di kawasan itu mampu membuat kapal dengan kapasitas angkut 20 ton per unit. Banyak pengusaha yang bergerak di sektor perikanan laut memesan kapal dari perajin di Kandangsemangkon.

Mulai nelayan setempat hingga pengusaha angkutan laut dari berbagai daerah memesan, di antaranya dari Tuban, Gresik, Rembang, Lasem, Jakarta, dan beberapa kawasan di luar Pulau Jawa. Tradisi membuat perahu di sepanjang pesisir pantura Jatim itu telah menyebar ke pelbagai tempat sejak berabad-abad silam.

Harto, seorang pembuat perahu asal Kecamatan Bancar, Tuban, membenarkan produk dari Tuban dan Lamongan sangat diminati para pengusaha di sektor kelautan.

Harto pun menggambarkan tradisi membuat perahu tradisional itu dikembangkan secara turun-temurun. "Mereka sudah beranak-pinak ke mana-mana mengembangkan tradisi nenek moyangnya membuat kapal," kata Harto.

Selain membuat perahu tradisional, para nelayan pandai membuat jala dan peralatan lainnya yang mendukung industri perikanan. (N-4)