Mayang Model Telur Terbelah Tangguh di Lautan

Penulis: MI Pada: Rabu, 22 Apr 2015, 00:00 WIB DPR
Mayang Model Telur Terbelah Tangguh di Lautan

MI/AHMAD YAKUB

ADA dua jenis perahu (mayang) motor yang dibuat para perajin di pantura Jawa Timur. Jenis pertama disebut perahu datar dan kedua ialah jongjong. Bentuk perahu yang dibuat bukan kecil memanjang seperti pada umumnya. Bentuk perahu agak oval, seperti telur dibelah dua. Bedanya dua jenis perahu itu pada desain dan ukuran lebar bawah kapal.

Untuk jongjong, misalnya, desainnya agak oval dengan lebar bawah 750 cm, sedangkan perahu datar memanjang dengan lebar bawah 650 cm. Adapun panjang badan atas kapal relatif sama. Begitu pula prinsip proses pembuatan kapal membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni berkisar 6-7 bulan.

Ciri khas kapal jongjong berbentuk oval buatan Desa Kandangsemangkon tersebut ialah batang kayu menjulang tinggi ke atas sepanjang 10 meter. Pucuknya dibuat runcing disebut linggi. "Linggi itu menandakan depan-belakang posisi kapal," jelas Jafar, salah satu tukang perakit perahu.

Keunikan lain dari pembuatan kapal ini ialah pada proses pembuatannya terutama saat membentuk badan kapal. Mutmainah, pemilik bengkel kapal tradisional lainnya, menjelaskan untuk membentuk tubuh kapal yang cenderung melengkung dibutuhkan keahlian khusus.

Teknologi yang digunakan mempertahankan kearifan lokal dengan memanggang bilah-bilah papan setebal 5 cm di atas perapian pada suhu dan waktu tertentu. "Ini teknik turun-temurun," ungkapnya.

Saat saya mengunjungi bengkel milik Mutmainah, tampak Maridjan, salah satu pekerja yang di galangan itu sedang memanggang bilah-bilah papan.

Mula-mula lembaran papan kayu dijajarkan kemudian disiapkan bara api di bawahnya. Panas api dan jarak papan diatur pada kadar tertentu. Utamanya waktu pemanggangan juga dilakukan saat api sudah tidak menyala.

Salah satu ujung papan diberi pengait dengan batu pemberat yang diikat dengan tambang atau alat pengait lainnya. Untuk memperoleh bentuk yang diinginkan, diperlukan proses pemanasan dalam jangka waktu lama.

Untuk membentuk bahan dinding kapal dengan mendapatkan sudut 30-40 derajat, cara tradisional seperti dilakukan Maridjan dan perajin perahu lainnya, badan perahu berukuran 16 meter dan lebar atas 7 meter bisa dibentuk seperti telur rebus dibelah.

Pembuatan perahu harus menggunakan kayu jati yang umurnya rata-rata berumur puluhan tahun. Untuk membuat satu perahu berukuran 16 meter dan lebar atas 7 meter, dan ketebalan kayu antara 4-6 cm, dan dinding bawah setebal 5 cm memerlukan kayu sebanyak 53 meter kubik.

Harga kayu jati kualitas baik per meter kubiknya mencapai Rp16 juta-Rp17 juta.

Untuk mendapatkan kayu jati, nelayan harus membeli di Bojonegoro hingga Ngawi. "Kayu yang dibutuhkan panjangnya rata-rata 5 meter," jelasnya.

Untuk kerangka kapal, dipakai kayu dari Kalimantan karena mempunyai sifat tahan air laut yang asin. Balok kerangka utama bagian bawah dibuat dari jenis kayu pilihan yang tahan lapuk karena selalu terendam air laut. Biasanya jenis kayu trembesi atau ulin yang digunakan.

Bahan-bahan tersebut membuat harga kapal terkesan mahal. "Harganya bisa mencapai Rp1 miliar, sedangkan perahu yang kecil-kecil harganya kisaran Rp200 juta," imbuh Mutmainah.

Namun, harga yang dibanderol itu sudah dilengkapi empat unit mesin penarik. Tiga unit mesin diperuntukkan menjalankan kapal, sedangkan satu mesin lainnya untuk garda hasil tangkapan. Spesifikasi mesin yang digunakan pada dua jenis perahu itu dengan enam silinder. (YK/N-4)