Waspadai Perang Generasi Keempat

Penulis: AU/P-4 Pada: Senin, 02 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Waspadai Perang Generasi Keempat

ANTARA/Andreas Fitri Atmoko

Semua negara saat ini selalu dihadapkan pada perang generasi keempat. Perang yang terjadi di era globalisasi ini dikembangkan dari cara pola pikir yang tidak lazim dan di luar aturan peperangan yang berlaku.

"Bentuknya bisa perang ekonomi, budaya, sosial, teknologi, informasi, dan lain-lain. Karena sifat perusakannya dari dalam, untuk membentengi serta mewaspadai serangan itu kita harus bangun jati diri dan karakter bangsa bersama-sama," jelas Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri, mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, pada Seminar Nasional Peringatan 66 Tahun Serangan Umum 1 Maret 1949 di Monumen Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, Kemusuk, di Yogyakarta, Sabtu (28/2).

Dikatakan, ada empat sikap negatif bangsa, yakni pertama bangsa ini feodal, sebab di mana-mana status sosial sudah menjadi tujuan hidup. Kedua yaitu munafik, ketiga malas, dan yang keempat ialah suka mencari kambing hitam atau tidak mau disalahkan.

Lebih lanjut Kiki menjelaskan, keempat sifat negatif itu harus dihilangkan jika ingin Indonesia menjadi negara yang disegani dan berkembang tanpa kehilangan jati dirinya.

Sementara itu, Djoko Utomo, pengelola Memorial HM Soeharto mengatakan Serang-an Oemoem 1 Maret yang dipimpin Overstee (Letnan Kolonel) Soeharto telah memberikan bukti bahwa Republik Indonesia tidaklah hancur seperti yang dipropagandakan Belanda.

Dia menjelaskan, Soeharto dengan strateginya berhasil menguasai Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota RI meski hanya enam jam. Kemenangan itu, ujarnya selanjutnya menjadi modal bagi perjuangan politik Indonesia di luar negeri.

"Serangan Oemoem yang dilakukan TNI bersama rakyat dan Kraton Yogyakarta, merupakan peristiwa tonggak bertahannya NKRI. Dunia luar mengetahui Republik Indonesia tegak berdiri," ungkap Komandan Distrik Militer Yogyakarta Renal A Sinaga.

Seminar yang digelar Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah DIY, Yayasan Kajian Citra Bangsa dan Keluarga Besar Probosoetedjo ini dibuka dengan sambutan Siti Hediati Soeharto sebagai perwakilan dari Keluarga Besar HM Soeharto.