Bisakah Uang Membeli Kebahagiaan?

Penulis: */sciencedaily/E-1 Pada: Rabu, 11 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Bisakah Uang Membeli Kebahagiaan?

Dok.MI

BANYAK orang berpendapat bahwa memiliki lebih banyak uang akan membuat mereka lebih bahagia.

Setidaknya itulah yang tertangkap dalam penelitian yang hasilnya disampaikan dalam simposium bertajuk Happy Money 2.0: Penemuan Baru Hubungan Uang dengan Kebahagiaan, di Long Beach, California, Amerika Serikat (AS), akhir Februari lalu.

Simposium dalam rangka konvensi ke-16 Masyarakat Peneliti Kepribadian dan Psikologi Sosial itu mengetengahkan hasil-hasil penelitian universitas terkemuka di AS.

Menurut studi Harvard Business School, Universitas Mannheim, Universitas Yale, responden berpikir dengan memiliki uang tiga kali lebih banyak, mereka akan lebih bahagia.

Kenyataannya, seseorang tidak otomatis bertambah bahagia ketika kekayaannya bertambah.

"Orang-orang kaya, baik yang memiliki kekayaan US$1 juta atau US$10 juta, sama-sama tidak bertambah bahagia meskipun kekayaan mereka meningkat," ujar ketua peneliti utama, Michael Norton.

Di sisi lain, uang bisa saja membeli kebahagiaan bila dilihat dari sudut pandang perilaku.

Sebuah hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science menunjukkan bahwa menggunakan uang untuk beraktivitas memberikan kebahagiaan yang lebih baik ketimbang membelanjakan uang untuk barang.

Para responden mengaku ketika bergairah ketika menantikan aktivitas daripada ketika menantikan barang yang telah mereka pesan.

Belanja aktivitas dapat berupa mengambil program liburan, makan malam, pesta, konser, dan kegiatan lain yang menyenangkan.

Dalam hasil penelitian yang diterbitkan di Social Psychological and Personality Science (SPPS), rasa syukur disebut-sebut sebagai sumber kebahagiaan.

Rasa itu dihasilkan justru dari pengalaman serbakekurangan secara materi.

Orang-orang yang selama hidupnya selalu bergelimang harta tidak sebahagia orang-orang yang pernah hidup dengan keterbatasan materi.

Memiliki banyak barang dan kekayaan dapat mengurangi kemampuan mensyukuri hal-hal kecil pemicu kebahagiaan.

"Serbakekurangan dapat mengingatkan seseorang bahwa masa depan penuh ketidakpastian sehingga ia akan lebih pandai mensyukuri apa yang ia miliki sekarang," ungkap Jordi Quoidbach, salah seorang peneliti.

Perilaku berikutnya yang dapat memengaruhi kebahagiaan terkait dengan uang ialah meminjamkan uang.

Peneliti di UCLA dan Harvard Business School menemukan, pemberi pinjaman akan sangat marah bila uang tersebut dibelanjakan untuk hal-hal hedonis.

Sebaliknya, mereka lebih senang bila uang yang mereka pinjamkan digunakan untuk kebutuhan yang masuk akal.