Demi Keadilan Gender

Penulis: Dhika Kusuma Winata Pada: Kamis, 12 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Demi Keadilan Gender

AFP/ MARK RALSTON

DALAM merayakan Hari Perempuan Internasional, Minggu (8/3), para perempuan di Iran secara sembunyi-sembunyi melepas hijab. Foto-foto bertajuk My Stealthy Freedom diunggah di Facebook.

Di hari yang sama, sejumlah aktivis perempuan Tiongkok ditahan polisi ketika hendak menggelar aksi protes pelecehan seksual di kendaraan publik.

Di India, pemutaran film dokumenter India's Daughter yang bercerita tentang kejahatan perkosaan di Delhi pada 2012 dilarang pemerintah. Menteri Dalam Negeri Rajnath Singh berkomentar perempuan tak semestinya keluar pada malam hari demi menjaga harga diri.

Seksualitas masih menjadi domain kekerasan berbasis gender, baik berupa pengekangan ekspresi, pelecehan seksual, maupun kekerasan fisik. Badan PBB untuk kesetaraan gender mencatat 35% populasi perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan seksual. Lebih dari 700 juta perempuan menikah di bawah usia 18 tahun.

Risiko kekerasan seksual, transmisi penyakit, dan kehamilan dini selalu menghantui. Kita pun masih ingat 200-an siswi yang diculik dan diduga diperbudak kelompok ekstremis Boko Haram, yang hingga kini belum ketahuan rimbanya.

Paradigma yang didominasi cara pandang pengunggulan sosok laki-laki melihat perempuan sebagai sumber masalah. Pendisiplinan melalui larangan, aturan, dan bentuk hukum formal pun menarget perempuan.

Pada 2014 aktris yang menjadi duta PBB untuk perempuan, Emma Watson, berpidato dalam peluncuran kampanye He for She. Mengupayakan kesetaraan gender dan hak perempuan yang terampas bukanlah persoalan perempuan semata, melainkan juga tugas setiap lelaki.

Yang diperangi ialah upaya pelanggengan kekerasan dan ketidakadilan berbasis gender.  Laki-laki bisa berpartisipasi menghentikan kekerasan dan mencipta kultur baru yang berkeadilan gender. (Litbang Media Indonesia/I-1)