Pasar Dadakan di Atas Jalan

Penulis: Patna Budi Utami Pada: Kamis, 19 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Pasar Dadakan di Atas Jalan

MI/PANCA SYURKANI

JEMBATAN penyeberangan orang diciptakan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan kepada penyeberang.

Faktanya pengguna jembatan justru merasa tidak nyaman karena fasilitas mereka hingga kini masih diserobot pedagang kaki lima dan pengemis meski petugas telah berulang kali menertibkan.

Keberadaan mereka yang tidak berhak memanfaatkan jembatan tentu saja mengganggu kenyamanan para penyeberang.

Jembatan penyeberangan yang berubah fungsi menjadi tempat transaksi jual beli aneka barang antara lain berada di depan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, atau biasa disebut jembatan penyeberangan Prapatan Bogor.

Kemudian, jembatan penyeberangan di Slipi dan di depan Rumah Sakit (RS) Sumber Waras, Grogol, Jakarta Barat.

Di tempat tersebut, belasan pedagang aneka barang mulai makanan, tisu, aksesori ponsel, perabotan rumah tangga, batu akik, hingga pakaian berjejal memenuhi badan jembatan sehingga menyulitkan mereka yang melintas.

Badan jembatan Prapatan Bogor yang lebarnya hanya sekitar 2 meter sebagian besar digunakan 18 pedagang kaki lima untuk menggelar barang dagangan.

Akibatnya penyeberang dari dua arah berjalan tersendat lantaran harus melintasi sisa badan jembatan bergantian.

Sementara itu, para pedagang tidak peduli terhadap kondisi tersebut dan asyik berteriak menawarkan barang dagangan mereka.

"Lima belas ribu dua, lima belas ribu dua," teriak pedagang celengan yang terbuat dari kardus di bawah terik matahari, pekan lalu.

Di jembatan itu, selain pedagang celengan, terdapat pedagang aneka makanan berupa gorengan, kerupuk, kue timus, kaus kaki, pakaian dalam, handuk, pengharum ruangan, alas setrika, kerudung, payung, kemoceng, handuk, mainan anak, sampai peralatan dapur. Barang dagangan yang digelar bagaikan di pasar itu dijual dengan harga Rp3.000 hingga Rp35.000.

Kondisi serupa juga terjadi di jembatan penyeberangan Slipi, Jakarta Barat.

Sekitar 13 pedagang kaki lima menaruh barang dagangan yang terdiri dari kaus kaki, aksesori ponsel, cincin batu akik, baju, kacamata, dan beberapa peralatan rumah tangga di lantai jembatan.

Demikian halnya yang dilakukan delapan pedagang tisu, dompet, masker, hingga pakaian di jembatan penyeberangan RS Sumber Waras.

Segera tertibkan
Sejumlah pejalan kaki yang menyeberangi jembatan tersebut mengaku sangat tergangu oleh kehadiran para pedagang yang mengambil alih hak mereka.

Jembatan menjadi sulit dilewati karena penuh sesak.

"Saya kesal kalau lagi buru-buru mau lewat, tapi terhalang oleh pedagang kaki lima seperti ini. Apalagi kalau ada yang membeli, badan jembatan habis untuk aktivitas transaksi jual beli sehingga makin sulit dilintasi," kata Yeni, 26, salah seorang penyeberang di jembatan Prapatan Bogor.

Perempuan itu berharap pemerintah segera menertibkan pedagang yang berjualan di jembatan penyeberangan.

Keberadan pedagang di lokasi itu melanggar Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, dengan sanksi denda maksimal Rp20 juta.

Keluhan senada dengan Yeni juga diungkapkan Ratna, 27, pengguna jembatan penyeberangan di bilangan Slipi.

Menurutnya, para pedagang yang menempati lebih separuh dari badan jembatan membuat ia dan penyeberang lainnya sulit melangkah.

"Keberadaan pedagang sangat mengganggu karena jembatan menjadi sempit," tutur pegawai swasta itu.

Kendati bagi sebagian besar penyeberang keberadaan pedagang kaki lima sangat mengganggu mereka, segelintir penyeberang lainnya justru memanfaatkan aktivitas perdagangan di atas jalan raya itu sebagai tempat untuk berbelanja murah.

Tidak mengherankan jika di antara para penyeberang ada yang berhenti sejenak untuk membeli barang yang dijual pedagang kaki lima tersebut.

Seperti yang dilakukan Sukma, 32, pengguna jembatan penyeberangan yang tengah membeli pakaian dalam di jembatan Prapatan Bogor.

Ia mengaku kerap membeli barang dari pedagang kaki lima di lokasi itu karena harganya jauh lebih murah daripada di toko dan pinggir jalan.

"Di sini dua potong (pakaian dalam) harganya cuma Rp15.000. Di toko Rp25.000 per potong," ujarnya. (*/*/*/J-4)