Mahfuz Sidik Dukung Rumah Dinas DPR Diganti Tunjangan

Penulis: M. Taufan SP Bustan Pada: Kamis, 26 Apr 2018, 13:36 WIB DPR
Mahfuz Sidik Dukung Rumah Dinas DPR Diganti Tunjangan

MI/Susanto
Anggota DPR dari Fraksi PKS Mahfuz Sidik

ANGGOTA DPR dari Fraksi PKS Mahfuz Sidik mengaku sepakat jika rumah dinas anggota DPR RI diganti dengan tunjangan perumahan.

Menurutnya, selama tiga periode menjadi anggota DPR RI sering kali terjadi efisiensi dalam anggaran untuk renovasi, perawatan, dan operasional rumah dinas yang berdiri di Kalibata, Jakarta Selatan, itu.

“Dan menurut saya anggaran itu cukup besar dan mungkin BURT yang lebih tahu,” terang Mahfuz kepada Media Indonesia di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (26/4).

Anggota Komisi IV yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan itu menyebutkan, karena tanah yang dibangun rumah dinas DPR RI adalah tanah Sekneg, bisa saja tanah tersebut diserahkan kembali ke Segneg, lalu rumah dinas itu diganti dengan tunjangan perumahan.

“Itu akan jauh lebih efisien bagi anggaran DPR RI. Dan saya pikir semua anggota DPR RI setuju,” jelasnya.

Mahfuz mengungkapkan, faktanya hingga saat ini rumah dinas tersebut tidak semua dihuni oleh anggota. “Ya, saya tidak tahu persis berapa persen yang dihuni dan tidak,” ujarnya.

Ia menilai, apa yang diusulkan beberapa anggota DPR RI saat ini sangat menarik. Apa lagi ada usulan kawasan yang dulu taman ria senayan dikelola dan dikerjasamakan oleh DPR.

Misalnya, itu tanah nya negara tapi dikelo dan dikerjasama dengan swasta. Dibuat satu apartemen, lalu apartemen itu bisa menjadi fasilitas perumahan untuk anggota DPR RI, bukan DPR RI yang bangun itu menururnya bisa.

“Tapi nanti tunjangan perumahan itu dialokasikan ke pihak ke tiga di situ. Dari sisi jarak dekat dan sanat membantu anggota dan pihak DPR RI nga perlu membangun dan tidak perlu menyiapkan angaran yang besar untuk pebangunan itu,” ungkap Mahfuz.

Politisi senior PKS itu menambahkan, selama tiga periode menjadi anggota DPR RI ia tidak pernah menempati rumah dinas tersebut. Ia merasa lebih nyaman tinggal di rumah sendiri pun harus bertarung dengan kemacetan saat berangkat ke kantor.

“Saya dari 2004 tidak pakai. Rumah dinas yang ada saat ini paling hanya menjadi rumah singgah bagi tamu dari daerah,” jelasnya.

Memang, lanjut Mahfuz, ada juga anggota yang nyaman tinggal di sana, apa lagi yang memang tidak memiliki rumah di Jakarta. “Tapi saya tidak tahu ya berapa jumlahnya yang tinggal di sana,” pungkasnya. (X-10)