Kunjungi Cape Town, Delegasi DPR Perkuat Diplomasi

Penulis: Anggi Tondi Martaon Pada: Sabtu, 19 Mei 2018, 14:21 WIB DPR
Kunjungi Cape Town, Delegasi DPR Perkuat Diplomasi

MI/Panca Syurkani
Wakil Ketua Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Fahri Hamzah

DELEGASI DPR RI dipimpin Wakil Ketua Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Fahri Hamzah menyelesaikan muhibah ke Cape Town, Afrika Selatan. Kunjungan itu dilakukan untuk melakukan second-track diplomacy antara Indonesia dan Afrika Selatan.

Agenda kunjungan berlangsung tiga hari, 14 -16 Mei 2018, di Cape Town yang merupakan ibu kota legislatif Afrika Selatan.

"Muhibah ini bermakna diplomasi antarparlemen dan memperkuat hubungan historis Nusantara dengan Afrika Selatan yang usianya telah lebih dari tiga abad," kata Fahri Hamzah dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/5).

Fahri yang juga Ketua Tim Implementasi Parlemen Modern di DPR RI itu menilai peran parlemen sebagai wakil rakyat di Afrika Selatan benar-benar tampak. Padahal, mereka baru pada fase 'belajar' demokrasi pascaapartheid.

"Perdebatan tentang hak-hak rakyat baik minoritas dan mayoritas berjalan keras, tapi mereka menjaga alam demokrasi kondusif. Mereka juga memodernisasi parlemennya dengan baik," kata Fahri.

Afrika Selatan mengalami tiga fase kehidupan bernegara yaitu kolonial, apartheid, dan demokrasi Pascaapartheid.

ANC (African National Congress) sebagai partai penguasa yang dibentuk mendiang Nelson Mandela saat ini berkuasa di National Assembly & National Council of Provinces.

Selama di Afrika Selatan, delegasi DPR RI sempat melakukan pertemuan dengan Komite Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial Parlemen Afrika Selatan di Cape Town, Rabu (16/5). Pertemuan itu membicarakan penguatan hubungan diplomatik kedua negara.

Selain dengan Parlemen Afrika Selatan, delegasi DPR RI juga melakukan napak tilas sejarah penyebaran agama Islam di Afrika Selatan yang dilakukan pendakwah Nusantara. Mereka adalah Syeh Yusuf Al-Makassari asal Makassar, Syeh Ismail Dea Malela asal Sumbawa (NTB) dan Tuan Guru asal Tidore.

Pada masa kolonialisme Belanda, mereka diasingkan dari Nusantara ke Simons Town dan Cape Town, Afrika Selatan. Kemudian menjadi tokoh, bahkan dianugerahi gelar pahlawan di tanah baru yang mereka huni dan menjadi akar terbentuknya komunitas Muslim hingga hari ini.

Delegasi DPR RI juga mengunjungi Heritage Museum di Simons Town, yang dikelola sebuah keluarga Muslim keturunan India, pada Selasa, 15 Mei 2018.

"Museum ini menjaga memori masa-masa kelam Apartheid dan berkembangnya agama Islam di Afrika Selatan, dan menjadi hidayah penerang Afrika Selatan hingga kini," ujar Fahri.

Delegasi DPR RI juga melakukan napak tilas ke makam Ismail Dea Malela, anak Dea Kuasa, syaikh dari Sumbawa asal Bugis yang dipenjara oleh Kolonial Belanda di Simons Town, yang kemudian menyebarluaskan agama Islam dan menjadi ulama di negeri tersebut.

Delegasi parlemen Indonesia terdiri atas Wilgo Zainar (F-Gerindra), Jazilul Fawaid (F-PKB), Muslim Ayub (F-PAN), Zainut Tauhid (F-PPP), Tamsil Linrung (F-PKS), Syafruddin Suding (F-Hanura), Akbar Faizal (F-Nasdem), serta diikuti oleh tenaga ahli, Setjen DPR, dan media massa. (Medcom/OL-2)