Lewat Buku, Fahri Hamzah Rekonstruksi Makna Kesejahteraan

Penulis: Astri Novaria Pada: Selasa, 07 Agu 2018, 14:48 WIB DPR
Lewat Buku, Fahri Hamzah Rekonstruksi Makna Kesejahteraan

MI/Susanto
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah

WAKIL Ketua DPR RI Bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Fahri Hamzah meluncurkan buku karyanya yang berjudul Mengapa Indonesia Belum Sejahtera? di Lobby Gedung Nusantara III DPR RI, Selasa (7/8). Lewat buku kelimanya tersebut, anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Nusa Tenggara Barat (NTB) itu ingin merekonstruksi makna dan indikator kesejahteraan Indonesia.

"Inti dari buku pertama adalah kenapa statistik seperti berbohong kepada kita? Kenapa kita merasakan berbeda dengan apa yang dikatakan statistik? Dalam dua bulan ini pemerintah menggempur kita dengan statistik penting. Pertama, angka kemiskinan terendah sepanjang sejarah berada di dalam 1 digit. Kedua, adanya pertumbuhan ekonomi 5,7%. Padahal, keduanya tidak menggambarkan apa yang kita rasakan," ujarnya.

Menurutnya, Gross Domestic Product (GDP) sudah lama dikritik oleh para pakar lantaran tidak menggambarkan kondisi kesejahteraan Indonesia sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam peluncuran buku yang terdiri dari 3 jilid ini pihaknya ingin membongkar lebih dalam soal indikator statistik untuk mengidentifikasi persoalannya.

"Statistik itu merekam investasi tetapi faktanya sungai kita rusak, hutan kita hancur, kualitas kehidupan semakin rendah. Dan kita tidak pernah kontra naratif dengan mengatakan enough is enough," ungkapnya.

Fahri menyebutkan buku pertama ini sengaja diterbitkan lebih dahulu guna menjadi landasan persoalan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Selanjutnya buku kedua akan diterbitkan setelah mendapatkan gambaran besar soal statistik dalam sektor per sektor. "Kita rinci persoalan secara menyeluruh," imbuhnya.

Buku ketiganya akan fokus pada indikator yang baik dalam menentukan kesejahteraan masyarakat, sehingga data yang disajikan bisa menggambarkan kesejahteraan masyarakat dengan baik dan benar.

"Pada buku terakhir akan kita bahas tentang leadership melihat kesejahteraan kita. Tidak menggunakan indikator-indikator lama untuk membaca diri kita, tidak hanya bohong dan mendegradasi kehidupan kita. Dimana statistik merekam kerusakan ini semua?" pungkasnya. (OL-7)