Indonesia Konsisten Minta Permasalahan Rohingya Diselesaikan

Penulis: Micom Pada: Rabu, 05 Sep 2018, 13:09 WIB DPR
Indonesia Konsisten Minta Permasalahan Rohingya Diselesaikan

Dok DPR RI
Ketua DPR Bambang Soesatyo saat bertemu Presiden Singapura Halimah Yacob di Istana Kepresidenan Singapura, Rabu (5/9).

KETUA DPR RI Bambang Soesatyo kembali menegaskan sikap Indonesia yang meminta agar krisis kemanusiaan yang terjadi Myamar bisa diselesaikan segera dengan baik. Dikhawatirkan, jika permasalahan Rohingya tidak segera diselesaikan akan menggangu stabilitas di kawasan ASEAN.

"Saya mengajak negara-negara yang tergabung di ASEAN untuk membantu mencari jalan keluar terbaik bagi krisis kemanusiaan di Myanmar. Apabila permasalahan ini tidak segera diselesaikan, dikhawatirkan akan menggangu masa depan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang stabil, damai, dan terbuka," ujar Bamsoet saat bertemu Presiden Singapura Halimah Yacob dan para Ketua Parlemen yang tergabung dalam ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) di Istana Kepresidenan Singapura, Rabu (5/9).

Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Parlemen Singapura, Myamar, Vietnam, Laos, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, serta Filipina.

Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini menuturkan, dalam pertemuan tersebut, Halimah meminta anggota AIPA selalu kompak dan kritis terhadap beragam persoalan yang terjadi di kawasan ASEAN. Halimah juga berharap kerja sama di kawasan bisa ditingkatkan lagi.

"Negara-negara AIPA diharapkan bisa meningkatkan peran dan kerja sama di forum-forum global. Pertemuan antardelegasi parlemen AIPA harus sering dilakukan untuk menciptakan kerja sama yang solid," kata Bamsoet.

Ketua Badan Bela Negara FKPPI itu memaparkan, permasalahan terorisme juga disinggung dalam pertemuan itu. Ketua Parlemen AIPA sepakat permasalah terorisme menjadi musuh bersama. Sebab, serangan teroris bisa terjadi kapan saja dan di negara manapun.

"DPR RI berharap kerja sama antara negara anggota AIPA dalam penanganan terorisme harus lebih ditingkatkan lagi. Terorisme saat ini menjadi ancaman yang nyata bagi semua negara di dunia tanpa terkecuali," tegas Bamsoet.

Bamsoet mengingatkan, saat ini, telah terjadi perubahan pola operasi terorisme. Para teroris sudah tak segan mengajak dan melibatkan keluarga sendiri dalam melakukan aksinya.

"Modus operandi teroris yang melibatkan perempuan dan anak-anak sangat mengkhawatirkan dan membahayakan. Kerja sama dalam bidang pertukaran informasi terkait ancaman terorisme antar negara ASEAN, merupakan hal yang penting dalam rangka meminimalisir terorisme," tandas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN ini menambahkan, Halimah juga mengingatkan akan ancaman kejahatan siber. Terlebih, belum lama ini Singapura telah mendapat serangan siber terbesar dalam sejarah Singapura. Sekitar 1,5 juta informasi pribadi warga Singapura, termasuk informasi pribadi Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, berhasil dicuri.

"Presiden Singapura mengingatkan semua Ketua Parlemen yang hadir untuk serius mewaspadai serangan cyber crime di negara masing-masing. Singapura yang merupakan negara dengan keamanan siber canggih pun bisa dibobol para peretas. Saya sepakat untuk menjadikan keamanan siber sebagai salah satu prioritas utama bagi negara-negara ASEAN," pungkas Bamsoet. (RO/OL-2)