Perlu Evaluasi Terkait Penurunan Neraca Perdagangan

Penulis: mediaindonesia.com Pada: Sabtu, 03 Agu 2019, 09:14 WIB DPR
Perlu Evaluasi Terkait Penurunan Neraca Perdagangan

MI/Susanto
Anggota Komisi VII DPR RI Fadel Muhammad

Ekonomi Indonesia hingga semester pertama 2019 masih dalam tekanan. Ekspor dan impor hingga Semester I tahun 2019 masih turun dan defisit neraca perdagangan juga membesar.

Data menunjukkan, ekspor pada Semester I 2018 mencapai US$87,86 miliar, turun menjadi US$80,32 miliar pada Semester I 2019, atau turun 8,57%. Impor Semester I 2019 juga turun. Dari US$89,05 miliar pada Semester I 2018 menjadi US$82,26  pada Semester I 2019, atau turun 7,63%. 

Anggota Komisi VII DPR RI Fadel Muhammad menyoroti penurunan neraca tersebut harus menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah, khususnya Menteri Keuangan.

Fadel telah banyak mendengar dari masyarakat industri bahwa terjadi penurunan permintaan serta kesulitan impor di bidang pertambangan.

“Kami di Komisi VII mendapatkan banyak laporan dari pada masyarakat industri dalam bidang pertambangan bahwa terjadi penurunan permintaan, kemudian adanya kesulitan untuk impor padahal kebutuhan sangat besar dalam negeri. Ternyata ada masalah yang Presiden katakan di media bahwa neraca minyak dan gas bumi itu negatif, maka dibatasi," ujar Fadel saat mengikuti Kunker Reses Komisi VII DPR RI mengunjungi Depot Shell Indonesia di Kalimantan Selatan, Selasa (30/7/2019).

Politikus dari Partai Golkar tersebut menyoroti bahwa kesalahan terbesar adalah neraca perdagangan Indonesia itu digabungkan antara minyak dan gas bumi dengan produk-produk lain.

"Pada waktu dulu benar pada zaman Orde Baru, zaman kita masih mengekspor minyak. Kalau sekarang kita net impor kapan pun juga, sampai kapan kita negatif terus," ujar Fadel

Diketahui neraca perdagangan migas selalu mengalami defisit mengingat Indonesia sebagai negara net importir migas. Oleh karena itu, neraca perdagangan migas selalu mengalami defisit. Besarnya defisit tergantung dari perkembangan harga minyak mentah dunia.

Atas penurunan tersebut, Fadel mengusulkan agar jangan menggabungkan neraca lalu memberikan punishment kepada industri pertambangan untuk impor karena industri dalam negeri terutama pertambangan itu harus dijaga.

"Industri pertambangan jangan sampai mereka menurunkan produksinya. Nah kami cek di beberapa tempat terjadi penurunan permintaan dan penurunan produksi. Untuk itu kebijakan daripada Dirjen Migas harus segera ditinjau, juga kebijakan Menteri Keuangan," sambung Fadel.

Meski demikian ternyata harga minyak mentah dunia selama periode enam bulan pertama 2019 turun cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2018, secara rata-rata turun sekitar 7%.

Oleh karena itu, defisit neraca perdagangan migas juga mengecil, dari defisit US$5,62 miliar pada Semester I 2018 turun menjadi defisit US$4,78 miliar pada Semester I 2019. (OL-09)