TULUS, Budaya Memengaruhi Karyanya

Penulis: Retno Hemawati Pada: Jumat, 20 Feb 2015, 00:00 WIB DPR
TULUS, Budaya Memengaruhi Karyanya

MI/Ardi

TULUS berbagi rahasia tentang keindahan lirik-lirik lagu yang diciptakannya. Pria bernama lengkap Muhammad Tulus Rusydi itu telah mengeluarkan album bertajuk Tulus (2011) dan Gajah (2014).

Dalam lagu-lagunya, Tulus memang banyak menggunakan kata yang tidak begitu populer. Meski demikian, ia merasa hal yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang aneh.

Sarjana arsitektur itu mengaku kata-kata dalam lagunya dipengaruhi budaya Minangkabau yang melekat pada dirinya.

"Gue besar di lingkungan yang dekat dengan bahasa Melayu. Penggunaan bahasa di Bukittinggi merupakan akulturasi dari bahasa daerah Minangkabau dan bahasa Indonesia. Penekanannya berbeda. Bahasa mereka (Minangkabau) terdengar lebih puitis saat diaplikasikan ke bahasa Indonesia," ujar Tulus kepada Metrotvnews.com saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (18/2).

Tulus mencontohkan kata 'sewindu' pada lagunya yang berjudul Sewindu merupakan kata yang lazim digunakan dalam bahasa sehari-hari masyarakat Bukittinggi. "Penggunaan kata 'sewindu' itu lumrah waktu gue kecil, tapi di bahasa Indonesia itu kurang populer. Terdengar asing, tapi familier, because it's actually roots bahasa Indonesia," terang penyanyi yang digosipkan berpacaran dengan penyanyi Raisa itu.

Dengan citra sebagai penulis lagu berlirik bahasa Indonesia yang baik dan menarik, bukan berarti Tulus tidak pernah menulis lagu berbahasa Inggris. "Saya pernah coba buat lagu bahasa Inggris, tapi saya pilih tidak publikasikan. Saya tidak bisa menghayati bahasa yang saya tidak familier dari kecil."

Curahan hati
Meski memilih kata-kata unik, bukan berarti maknanya sulit diterima. Sebaliknya, lagu ciptaannya terdengar semakin manis di telinga.

Kisah yang dihadirkan dalam lagu Tulus pun cukup dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tulus memanfaatkan lagu sebagai sarana curahan hati alias curhat.

Pada lagu berjudul Sepatu, misalnya, Tulus menganalogikan hubungan kasih yang tidak terwujud ibarat sepasang sepatu. Atau lagunya yang berjudul Jangan Cintai Aku Apa Adanya. Lagu itu menggambarkan hubungan yang terlalu menerima apa adanya hingga tidak membawa itu kepada sebuah kemajuan hubungan.

"Khusus lagu Jangan Cintai Aku Apa Adanya, itu pengalaman pribadi. Gue pernah gagal sama satu hubungan. Setelah gue pikir-pikir, gagal karena dia enggak minta apa-apa. Gue mikir kalaupun gue enggak ngapa-ngapain (hubungan itu) tetap jalan," kata dia.

Ia berpendapat hubungan antara lelaki dan perempuan itu sebaiknya menuntut sesuatu. "Jadi, hubungan itu berkembang."