Ketua Banggar: Pemerintah Harus Pastikan Ketersediaan Bahan Pangan saat Ramadan

Penulis: Fetry Wuryasti Pada: Minggu, 17 Mar 2024, 19:47 WIB DPR
Ketua Banggar: Pemerintah Harus Pastikan Ketersediaan Bahan Pangan saat Ramadan

Antara
Said Abdullah.

MASIH tingginya beberapa harga bahan kebutuhan pokok rakyat harus menjadi perhatian pemerintahan. Ini termasuk bahan pangan yang ditopang dari suplai impor.

"Selain harganya masih tinggi, untuk mendapatkannya juga tidak mudah. Ini karena harus berebut dengan negara lain yang impor juga," kata Ketua Banggar (Badan Anggaran) DPR RI Said Abdullah dihubungi Minggu (17/3).

Harga beras di pasar internasional masih tinggi, meski ada tren turun dibanding Februari lalu, dari US$19 ke US$17,8 per kuintal. Namun harga ini rata-rata juga masing tinggi dibanding 2022 dan 2023.

Baca juga : Indef: Pemerintah Gagal Menjaga Stabilitas Harga Pangan

Demikian juga dengan gula. Harga gula di pasar internasional masih US$22 per pound. Ini lebih tinggi rata-rata dibanding tahun lalu yang di kisaran US$18-22 per pound.

Beberapa bahan pangan lain seperti jagung, kedelai, gandum, dan daging di pasar internasional menunjukkan tren penurunan. "Inilah kesempatan pemerintah untuk mengamankan pasokan dalam negeri," kata Said.

Seperti diketahui, setiap momentum Ramadan dan perayaan Idul Fitri, permintaan terhadap bahan pangan pokok rakyat akan meningkat. "Saya kira pemerintah juga sudah tahu akan tren permintaan tinggi momen seperti ini," kata Said.

Baca juga : Pengamat: Ramadan Dorong Daya Beli meski Harga Pangan Tinggi

Tak ada jalan lain bagi pemerintah untuk memastikan ketersediaan bahan pangan aman. Apabila dalam jangka pendek ketersediaannya tidak bisa dipenuhi di dalam negeri, tentu tak ada pilihan selain impor.

Namun, skema impornya juga harus diubah dari skema kuota menjadi tarif untuk menjaga kegiatan impor menjadi perburuan rente. Selain itu, pemerintah harus menggelar operasi pasar berskala besar. Sebab setiap kenaikan harga pangan rakyat, ada sensitivitas terhadap daya beli masyarakat.

"Jika daya beli rakyat turun, skala besarnya akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Soalnya, lebih dari 50% ekonomi nasional di topang dari konsumsi rumah tangga," kata Said.

Baca juga : Jelang Ramadan, Pj Gubernur Jateng Minta Kepala Daerah Pastikan Ketersediaan PanganĀ 

Untuk rumah tangga miskin dan sangat miskin, pemerintah perlu memastikan seluruh program bansos terjangkau oleh mereka. Ini karena kenaikan harga kebutuhan pokok akan semakin menyulitkan kondisi perekonomian mereka. Program bansos kita harapkan menjadi peredam dari tekanan ekonomi yang mereka hadapi.

Untuk jangka panjang, Said meminta agar urusan pangan pokok jangan hanya menjadi slogan. Pemerintah telah membentuk berbagai lembaga dan badan yang mengurusi pangan, tetapi kepatuhan kita terhadap peta jalan untuk mencapai kemandirian pangan tidak serius dijalankan.

"Lebih menyedihkan urusan pangan dijadikan komoditas politik pemilu. Ke depan hal seperti ini tidak boleh terulang. Bangsa Indonesia tidak bisa beranjak maju kalau urusan pangan masih tidak tuntas," kata Said. (Z-2)