Korban Banjir Langganan Kini Hidup Nyaman

Penulis: AKMAL FAUZI Pada: Senin, 02 Mar 2015, 00:00 WIB DPR
Korban Banjir Langganan Kini Hidup Nyaman

ANTARA/ZABUR KARURU

UPAYA memindahkan warga dari lokasi-lokasi yang bukan tempat tinggal, termasuk wilayah langganan banjir di Jakarta, tidak pernah mulus. Warga kerap menolak tawaran pemerintah, sehingga upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan kota maupun kondisi tempat tinggal warga yang lebih baik berlarut-larut.

Tengok saja upaya merelokasi warga dari sejumlah lahan pemerintah, seperti dari bantaran sungai dan waduk yang kerap jadi korban banjir dan pinggiran rel. Padahal, sebagai pengganti tempat tinggal mereka, disiapkan rumah susun (rusun) di sejumlah lokasi atau bisa juga memilih mendapatkan uang santunan.

Sebagian warga yang bersedia direlokasi ke rusun kini bisa hidup lebih nyaman bila dibandingkan dengan ketika tinggal di lokasi lama. Saat musim hujan tiba dan banjir merendam sejumlah permu-kiman, mereka makin merasa tidak sia-sia meninggalkan rumah lama.

Seperti diakui Soleha, 37. Perempuan itu tidak pernah membayangkan tinggal di rusun ternyata membuat kehidupannya kini lebih baik daripada sebelumnya. Penghuni Rusun Komarudin, Penggilingan, Jakarta Timur, yang direlokasi dari bantaran Kali Sentiong, Kemayoran, Jakarta pusat, itu mengaku sangat bersyukur direlokasi dan mendapat berbagai fasilitas di rusun tersebut.

"Awalnya saya dan keluarga ragu, karena anak-anak sekolahnya di Jakarta Pusat. Namun, setelah tinggal, kami bersyukur, karena bisa hidup lebih baik. Di sini enggak kena banjir, enggak ada tikus, enggak sempit-sempitan lagi," kata perempuan yang menempati blok D lantai 2.

Setiap unit hunian Rusun Komarudin terdiri dari dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Menurutnya, enam bulan pertama menempati unit tersebut, ia bebas dari biaya sewa. "Bulan selanjutnya baru bayar sewa Rp235 ribu per bulan, di luar biaya listrik dan air. Biaya yang harus dikeluarkan itu murah, sebulan paling habis Rp500 ribu," katanya, beberapa waktu lalu.

Eks warga bantaran Kali Sentiong lainnya, Yuni, 23, juga tidak menyesal memilih direlokasi bersama 142 warga lainnya ketimbang meminta uang santunan, sebab uang santunan dipastikan tidak akan cukup untuk mendapatkan tempat tinggal baru senyaman di rusun.

"Tetangga saya (di bantaran Kali Sentiong) sekarang malah menumpang tinggal di rumah saudaranya, sebab uang kerahiman yang diterimanya Rp2 juta tidak cukup untuk menyewa rumah. Sekarang dia menyesal enggak memilih direlokasi ke rusun," tuturnya.

Selamat tinggal waduk

Sekitar 1.000 eks warga sisi timur Waduk Pluit yang bersedia direlokasi ke Rusun Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, sejak 2013, juga tidak perlu lagi berurusan dengan banjir, tidak seperti ketika masih bertahan di bantaran waduk yang selalu meluap di musim hujan.

Salah seorang penghuni blok 2, Ani, mengatakan, saat tinggal di bantaran waduk, ia bersama suami dan tiga anak mereka menempati rumah berukuran 3x4 meter. Rumah panggung yang berada di bibir waduk membuat mereka rutin terkena banjir. "Saya akan selalu ingat, pada 2002, tinggi air di rumah mencapai leher orang dewasa. Rumah dan perabot tenggelam. Sekarang peristiwa seperti itu tidak ada lagi," ujar perempuan yang sehari-hari bekerja di tempat pelelangan ikan Muara Baru itu.

Senada dengan Ani, Supriyadi, penghuni salah satu unit hunian pada rusun yang terdiri dari 12 blok itu mengaku sekarang ia tidak perlu repot lagi menguras air yang selalu merendam rumahnya. Laki-laki asal Pekalongan, Jawa Tengah, yang baru direlokasi dari sisi timur Waduk Pluit pada akhir 2014 itu mengaku selain bebas banjir, kualitas tempat tinggalnya sekarang jauh lebih layak.

Satu-satunya yang masih ia keluhkan sejak tinggal di rusun ialah kurangnya suplai air bersih, lantaran yang disediakan pengelola tidak optimal. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Supriyadi bersama penghuni lainnya harus membeli dari pengecer yang berjualan menggunakan jeriken. "Kami hanya kesulitan air bersih. Satu bulan saya rata-rata menghabiskan Rp350 ribu untuk membeli air," tutur pedagang bakso tersebut.

Ia berharap warga yang saat ini masih menempati bantaran Waduk Pluit agar bisa segera direlokasi.

Terkait dengan kesulitan air bersih, Kepala Unit Pelaksana Teknis Rusun Wilayah I Jakarta Utara Maryanti, saat dimintai konfirmasi, mengakui air bersih yang disediakan di Rusun Muara Baru memang belum bisa menjangkau seluruh unit hunian.